Tingkatkan Hasil Belajar PAI
Oleh
Umu Kulsum, S.Ag., M.Pd.I. Guru PAI-BP SMPN 4 Sragi
Kegiatan pembelajaran kurikulum sekarang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik (Rahmawati:2012:2).
Pembinaan karakter peserta didik mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti menjadi sangat penting untuk mewujudkan tujuan akhir dari PAI dan Budi Pekerti yang tidak lain adalah terwujudnya akhlak atau karakter mulia. Proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri SMP Negeri 4 Sragi akan berjalan efektif jika berjalan dalam kondisi situasi yang kondusif, menyenankan, menarik dan nyaman. Guru dituntut memahami berbagai strategi mengajar dengan berbagai keadaan terlebih dimasa pandemic ini, sehingga biasa memilih strategi mengajar yang tepat dan mampu menggunakan strategi belajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang diinginkan.
Pembelajaran yang terjadi di satuan pendidikan ini sementara masih belum memotivasi peserta didik dan kurang menarik perhatian, mereka kurang berperan aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar masih rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar tesebut perlu model pembelajaran yang bervareasi.
Penulis mencoba pembelajaran yang kooperatif yang dimdifikasi. Model pembelajaran tersebut adalah Number Heads Toghether (NHT). Model pembelajaran ini pernah disampaikan oleh Isnaeti Zaenab Karniati. Namun penulis mencoba memaksimalkan model pembelajaran ini di satuan pendidikan penulis yang dirasa sesuai dengan kondisi peserta didik.
Number Heads Toghether (NHT) merupakan model dari metode pembelajaran cooperative pendekata structural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Number Heads Toghether (NHT) adalah salah satu tipe cooperative learning pedekatan structural. Metode NHT memungkinkan bagi peserta didik pada setiap kelompok untuk ikut serta memberikan ide-idenya membantu menyelesaikan masalah yang telah diberikan oleh pengajar. Kemudian melakukan pemberian nomor pada setiap siswa yang ada pada kelompok dan memanggil salah satu nomor untuk menjawabpertanyaan yang diberikan.
Pembelajaran kooperatif menggunakan model NHT ada enam yaitu: persiapan, pembentukan kelompok, tiap kelompok menyiapkan jawaban ataspertanyaan guru dan so’al-soal dalam lembar LKS, diskusi masalah dalam kerja kelompok, memanggil nomor salah satu anggota atau pemberian jawaban dan yang terakhir kesimpulan dan evaluasi.
Kelebihan menggunakan model ini adalah: rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, hasil belajar lebih tinggi, nilai-nilai kerja sama antar siswa lebih teruji, kreativitassiswa termotivasi dan wawasan siswa berkembang, kekurangan model NHT adalah tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang terlalu lama.
Kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dari guru. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat belajar atau motivasi siswa serta keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran Mata Pelajara Pedidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Guru memiliki kemampuan yang baik maka dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut dapat diterima siswa dengan baik sehingga minat siswa tinggi dan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efesien. Penggunaan model pembelajaran Number Heads Toghether (NHT) dapat dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Artikel ini telah terbit di Surat Kabar Suara Merdeka
