Oleh
Umu Kulsum, S.Ag., M.Pd.I.
Guru PAI-BP SMPN 4 Sragi
Siswa kita akhir-akhir ini dilanda penyakit mental yang kronis. Kenakalan, narkoba, kemalasan, jauh dari ibadah dan lain-lain seakan sudah menjadi hal yang umum. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang hakekatnya mengesampingkan nilai-nilai pendidikan tersebut dilakukan secara terang-terangan. Penggunaan alat komunikasi/HP yang berlebihan di rumah tanpa sadar merusak pola pikir siswa, hingga menggiring kea rah perbuatan yang tidak baik. Mereka tidak malu jika perbuatan tidak baik tersebut diketahui oleh guru. Belum lagi Sistem hidup yang lebih mementingkan kehidupan dunia dibandingkan dengan akherat, dengan kata lain pelajaran agama dipandang sebelah mata. Keadaan itu terjadi di SMP Negeri 4 Sragi Karena itu solusi kebodohan dan keterpurukan umat Islam yang menyebabkan mereka terjun dalam jurang kerusakan dan kehancuran moral adalah revolusi mental kata Presiden RI sekarang (Bapak Ir. H. Joko Widodo) dengan cara membangun keluarga-keluarga muslim untuk peduli dengan nilai-nilai Islam, dan salat berjamaah adalh nilai fundamental pendidikan agama Islam.
Ibadah salat disyariatkan langsung oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. tanpa melaui perantara malaikat Jibril pada sa’at Isra’ Mi’raj. Salat merupakan ibadah yang utama karena sholat adalah tiang agama. Orang yang mendirikan salat berarti mendirikan atau menegakkan agama sedangkan orang yang tidak mau salat berarti merobohkan agama. Salat juga ibadah yang pertama yang dihisab kelak di akherat.
Dalam membentuk karakter siswa pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri…salar berjama’ah itu sangat penting. Salat berjamaah mengajarkan siswa tentang kepemimpinan, ketaatan, kedisiplinan, persamaan hak dan kewajiban, teguran, suksesi, toleransi / saling menghormati, dan mendahulukan orang yang berilmu.
Sangat indah sekali jka salat berjamaah ditegakkan. Siswa bersama-sama ke masjid saat waktu salat berjama’ah dimulai. Mereka bersegera mengambil air wudhu untuk menyambut seruan Allah Swt. Saat adzan berkumandang. Mereka jeda sejenak dari pelajaran bertemu Rabnya dengan penuh kettundukan dan keikhlasan.
Cara mendidik slat berjamaah adalah yang pertama dengan teladan orang tua. Ketika anak melihat orang tua sedang salat, maka dengan cepat anak menirunya. Apabila kedua orang tua melatih dan membiasakan salat sejak dini itu lebih bagus daripada nanti kalu sudah dewasa. Jika anak terbiasa melakukan salat sejak usia anak-anak maka ia akan mencintai salat dan tidak akan malas untuk menunaikannya. Cara mendidik salat yang kedua adalah dengan keteladanan guru. Guru juga memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan ketaatan menunaikan salat terhadap siswa, terlebih Guru PAI dan Budi Pekerti. Sebelum mengajar ada baiknya mengetahui siapa yang rajin salat lima waktu kemudian di data lebih banyak yang menunaikan salat atau yang tidak salat. Jika lebih banyak yang menunaikan salat lima waktu maka tugas guru terbantu dengan peran orangtua dalam keluarga. Jika banyak yang tidak salat dicari mengapa sebabnya. Jika kedua orangtuanya juga tidak salat maka perlu langkah-langkah terhadap siswa terlebih dahulu untuk menunaikan ibadah salat.
Menurut Purwanto (2011), penghargaan adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Penghargaan, siswa yang rajin salat perlu diberi penghargaan agar siswa lebih senang dan memberi dorongan kepada siswa lain. Penghargan yang penulis berikan kepada siswa berupa nilai. Jika nilai pengetahuan yang didapat siswa mendekati KKM yang ditentukan, maka penulis melihat kegiatan salat berjamaahnya, kalau rajin maka penulis member nilai bagus sedangkan yang pengetahuannya bagus tetapi kurang rajin salatnya penulis mengurangi nilai siswa. Penilaian sikap dan keterampilan lebih utama daripada nilai pengetahuan.
Hukuman, hukuman yang bersifat mendidik sangat diperlukan agar siswa tidak menyepelekan salat berjamaah. Adapun hukuman yang penulis berikan berupa denda bagi yang tidak salat satu waktu yaitu RP 1.000,- jika tidak ada tanda tangan orang tua maka orang tua panggil ke sekolah ditanya mengapa anak tersebut sering tidak salat. Langkah ini diambil agar ada kerjasama antara orang tua dengan pihak sekolah dalam pembiasaan salat lebih-lebih dengan berjamaah.
Setelah mengadakan gerakan salat dzuhur berjamaah dan dibuatkan buku kendali salat untuk mengetahui kegiatan salat lima waktu di lingkungannya ternyata hasilnya ada peningkatan, terbukti setelah dilihat dari rekap dalam sepekan ternyata yang malas salatnya hanya 2% dari rata-rata siswa satu kelas.
Kesimpulan dari uraian di atas bahwa gerakan salat harus dimulai sejak dini karena pada usia ini anak sering mencontoh dan menirukan setiap apa yang dilihat. Peran kedua orang tua sangat penting dalam menjadikan generasi yang baik taat beribadah. Guru PAI dan Budi Pekerti sangat berperan alam membiasakan siswa melaksanakan salat berjamaah karena mayoritas anak lebih taat diperintah guru daripada kedua orang tuanya, kalau GPAI bisa memanfaatkannya maka kita akan mendapatkan generasi pada 10 tahun nanti generasi yang taat beribadah, menomersatukan panggilan Allah swt. Di banding urusan dunia.
Artikel ini terlah terbit di Surat Kabar Suara Merdeka
